May 25, 2022
"... Jananjanam janyo nati manyate, visa a kseti visye visam-visam."
(Weda-reg X.91.2).
(Pemimpin laksana terang api- memancarkan kebijaksanaan- sesungguhnya adalah seorang tokoh penuh kecintaan terhadap rakyatnya, dia hadir bersama-sama masyarakat, dia dermawan, dan dia melayani untuk mencapai kebahagiaan).
Pengantar.
Jika masyarakat BaliHindu tidak berusaha keras dan bekerja cepat mengendalikan masa depannya maka kendali itu dilakukan pihak lain. Pasti! Sudah banyak faktanya di pelbagai sektor, a.l pariwisata. Begitu juga sektor property dan aktivitas UMKM walau masih terbatas pada lokal tertentu.
Masa depan itu bukanlah keadaan sekian tahun mendatang. Keliru! Sejatinya ia merupakan keadaan yang kita rasakan dan kita bicarakan masa sekarang.
Bagaimana posisi Bali masa sekarang di bidang Ekonomi, Politik, Sosial, Budaya, dan kualitas layanan Pemerintah serta keberadaan Lembaga Adat & Agama?
Dalam interaksi lintas manusia yang semakin terbuka (konsekuensi logis Bali sebagai daerah tujuan wisata), semakin tinggi pula terjadinya persentuhan bahkan sengaja eksodus ke Bali. Dengan sendirinya, selain akan terjadinya imitasi budaya atau peniruan timbal balik dan perubahan perilaku warga lokal juga munculnya tuntutan atas kebaruan kehidupan warga Bali. Dari titik ini dalam beberapa kasus memantik friksi-friksi internal keluarga dan memicu konflik antarkeluarga sehingga kekurangapikan mediasinya mengakibatkan terjadi benturan budaya. Pada akhirnya orang per orang dan beberapa keluarga dengan mudah menyerah begitu saja terhadap propaganda budaya lain dan agama tertentu dan meninggalkan agama Hindu yang telah lama dipeluknya lalu terkonversi.
Narasi vs Tindakan Nyata
1. "Kegundahan jiwa orang Bali yang tercubit."
Sedih dan menggelisahkan karena bukan saja tercubit melainkan tertampar bahkan tersiksa. Lakukan orientasi dan pemetaan bidang-bidang mana saja yang membuat jiwa kita tersiksa dengan mengacu pertanyaan bagaimana posisi Bali masa sekarang?
Tahap berikutnya, berdasarkan job pembagian tugas sesuai struktur Lembaga Desa Adat melakukan audiensi kepada leading sektor terkait untuk menyamakan persepsi atau menemukan diagnosa dan menentukan terapi penanganannya.
2. "menjadi Krama Bali dan beragama Hindu terutama Generasi Muda Hindu harus bangga karena tatanan agama Hindu sifatnya universal dan sempurna telah diatur oleh Maharsi."
Kalangan muda milineal tidak mudah diajak berbangga dan mau menerima begitu saja bahwa agamanya adiluhung, sempurna, dan universal.
Mereka mestinya kita perkenalkan siapa tokoh Maharsi dimaksud? Keberadaan beliau pada era dinasti apa? Bagaimana pemikiran dan apa karyanya?
Segala sesuatu yang telah diatur Maharsi itu haruskah kita lestarikan dalam pengertian agar tetap langgeng atau senantiasa abadi?
Menyangkut keberadaan beliau sekaligus kemuliaannya sangat penting kita kritisi dengan alasan sbb;
1. Seberapa jauhkah keadaan Bali sekarang berkesesuaian dengan harapan yang sudah diletakkan Maharsi dimaksud? Hal-hal apa yang sangat sesuai dan hal-hal apa yang tidak sesuai bahkan bertentangan?
2. Adakahparameter yang dipakai untuk mengukur semua itu? Sesuai perjalanan abad, baik faktor-faktor internal maupun eksternal yang menyebabkan adanya aturan pelaksanaan di masa lampau tidak bisa dipakai lagi dalam menghadapi masa depan maka
2.1 hal-hal atau yang mana harus tetap dipertahankan?
2.2 hal apa saja boleh diabaikan atau dilakukan perubahan untuk ditinggalkan?
3. Untuk mengakomodir keadaan yang diharapkan dan menghindarkan terjadinya kehancuran yang tengah berproses di depan mata kita, hal apa yang menjadi musuh kita bersama dan mendesak harus kita lakukan mulai sekarang? dan yang lebih penting disepakati bersama adalah siapa pemrakarsanya?
Dalam hal membangun untuk memperkuat kebanggaan Generasi Muda Hindu khususnya di kalangan Siswa diperlukan Vaksinasi Hindu yakni menginjeksi vaksin kekebalan yang membuat dirinya bangga dengan cara;
1. Metode belajar pendidikan agama Hindu harus memperkecil hafalan dan mendorong Siswa berani berbicara mengungkap/menjawab masalah apa yang mereka sedang hadapi terutama dalam pergaulan antaragama.
2. Sekolah-sekolah non formal dan Paguyuban dalam masyarakat harus memberdayakan keberadaan para Penyuluh Agama Hindu (PNS dan Non PNS) untuk memberi bimbingan dan pencerahan secara periodik berupa konsultasi, dialog, dan dharma wacana.
3. Memberi bantahan atau tepisan bahwa beragama Hindu itu ternyata tidak ribet, ternyata tidak mengakibatkan menjadi miskin, hendaknya dilakukan oleh Pejabat Desa Adat, Tokoh Hindu dll. sebagai role model.
Dalam setiap melaksanakan Upacara Yadnya menetapkan Rumus 4 S = Satwik, Suci, Seger, Sederhana dan tidak menunjukkan EGP = Ego, Gengsi, Paronoid; bahkan pada saat hari pelaksanaan semua upakara atau sarana banten yang dipakai patut dijelaskan nama satuan bantennya, jumlahnya, arti dan maknanya, dan penempatan atau tetandingannya oleh Sang Serati Banten (pembuatnya sendiri) dihadapan umat yang menyaksikan Yadnya tersebut baik setelah pemujaan Manggala Upacara maupun sebelum dimulainya acara.
Apabila Vaksinasi Hindu seperti ini diterapkan, OM awighnam astu dapat dipastikan kekebalan umat Hindu mempertahankan ajaran agamanya akan terjamin karena Jnana dan Yoga telah kita jadikan pondasi yang kokoh sebagai tangga menuju tingkatan yang lebih tinggi. Swaha.
Implikasi lebih luas, apabila praktek-praktek dan role model ini mampu digerakkan niscaya dapat dibayangkan 5-15 tahun yang akan datang keadaan terbaik apa yang bakal terjadi atau jika nihil dari suatu upaya maka keadaan buruk (apa) yang melanda Krama Bali Umat Hindu?
Mudah-mudahan Bali tidak berakhir dalam genggaman para misionaris.
"Tiada awan di langit tetap selamanya. Tiada mungkin juga akan terus menerus terang cuaca. Sehabis gelap gulita malam, lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam."
(R.A. Kartini).
Samastha Loka Sukhino Bhawantu
OM shanti, shanti, shanti, OM.
Oleh
Made Riawan, Ketua PHDI Jabar