July 07, 2025
Kata susila berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata “Su” artinya baik dan “Sila” artinya tingkah laku. Jadi susila adalah tingkah laku yang baik. Di dalam Wraspati tattwa, 26 dinyatakan mengenai arti kata sila dalam kalimat : “Sila ngaranya angraksa acara rahayu”. Kata susila mengandung pengertian perbuatan baik atau tingkah laku yang baik. Agama adalah dasar tata susila yang kokoh dan kekal, ibarat bangunan jika landasan atau pondasinya tidak kokoh maka niscaya bangunan tersebut akan mudah roboh. Jika tata susila sudah dibangun atas dasar agama sebagai landasannya yang kokoh dan kekal, maka tata susila itu akan mendalam dan meresap dalam pribadi seseorang. Ajaran tata susila yang berdasarkan ajaran agama, seperti tertera dalam kitab-kitab Upanisad atau Tattwa, menyatakan suatu dalil yang mengakui tunggalnya Jiwatman (roh) semua makhluk dengan Tuhan (Paramaatma).
Jadi prinsip dasar dari susila Hindu adalah adanya satu Atman yang meresapi segalanya. Ia merupakan roh terdalam dari semua makhluk, yang merupakan kesadaran murni. Bila kamu merugikan tetanggamu sebenarnya kamu merugikan dirimu sendiri. Bila kamu merugikan makhluk hidup lainnya, sebenarnya kamu merugikan dirimu sendiri, karena segenap alam tiada lain adalah dirimu sendiri. Inilah ajaran susila Hindu yang merupakan dasar kebenaran methapisik yang mendasari segala kode etik Hindu. Atman atau sang diri adalah satu. Satu kehidupan bergetar dalam semua makhluk.
Dari semua makhluk ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk hanyalah manusia. Karena di antara makhluk hidup, manusia merupakan makhluk paling istimewa, makhluk yang paling sempurna karena memiliki Tri Pramana (bayu, sabda, idep). Dengan idep/pikiran manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta mampu melebur perbuatan buruk ke dalam perbuatan baik. Menyadari hal tersebut maka janganlah sia-siakan kesempatan lahir sebagai manusia untuk berbuat baik (susila), agar tujuan kita lahir ke dunia bisa tercapai. Dalam kitab Sarasamuscaya 160 disebutkan:
‘’Susila itu adalah yang paling utama, pada titisan sebagai manusia. Jika ada perilaku titisan sebagai manusia itu tidak susila, apakah maksud orang itu dengan hidupnya, dengan kekuasaan, dengan kebijaksanaan, sebab sia-sia itu semuanya jika tidak ada kesusilaan.’’
Ajaran susila hendaknya diterapkan di dalam kehidupan kita di dunia ini, karena di dunia inilah tempat kita berkarma. Pembenahan diri sendiri merupakan prioritas yang utama, di samping pembenahan diri dalam hubungan dengan orang lain. Kelahiran kita merupakan tangga untuk naik ke sorga. Oleh karena itu, kesempatan ini kita abdikan untuk meningkatkan diri dalam kebijakan agar tidak jatuh ke neraka. Untuk dapat meningkatkan diri, manusia harus mampu meningkatkan sifat-sifat baik dan mulia yang ada pada dirinya.
Tata susila membina watak manusia agar menjadi anggota keluarga yang baik, anggota masyarakat yang baik, anggota/putra bangsa yang berbudi pekerti luhur, berkeperibadian mulia sehingga mencapai kebahagiaan abadi. Sri Kresna di dalam kitab Bhagawadgita membagi kecenderungan budhi manusia menjadi dua bagian, yaitu: Daiwi Sampad, yaitu sifat-sifat kedewaan. Daiwi Sampad bermaksud menuntun perasaan manusia ke arah keselarasan antara sesama manusia. Sifat-sifat ini perlu dibina, seperti tersirat di dalam kitab Bhagawadgita antara lain: Tidak mengenal takut, berjiwa murni, giat untuk mencapai kebijaksanaan dan yoga, berderma, menguasai indria, berkorban, mempelajari ajaran-ajaran kitab suci, taat berpantang dan jujur. Kuat, suka memaafkan, ketawakalan, kesucian, tidak membenci, bebas rasa kesombongan. Sedangkan Asuri Sampad adalah sifat-sifat keraksasaan. Sifat-sifat Asuri Sampad (sifat-sifat yang buruk) yang harus kita hindari dijelaskan dalam kitab Bhagawadgita antara lain: Berpura-pura, angkuh, membanggakan diri, marah, kasar, bodoh, Menganggap dirinya yang terpenting, keras kepala, penuh dengan kesombongan, gila akan kekayaan, bersifat pura-pura, semuanya ini adalah bertentangan dengan ajaran kitab suci.
Oleh karena itu, setiap perbuatan baik dan tidak baik yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, berarti juga berbuat baik atau tidak baik kepada dirinya sendiri. Maka dari itu timbul suatu ajaran yang disebut Tat Twam Asi. Tat Twam Asi berarti itu adalah engkau (Tuan), semua makhluk itu adalah Engkau, Engkaulah awal mula roh (Jiwatman) dan Sat (Prakerti) semua makhluk. Hamba ini adalah makhluk yang berasal dari-Mu, oleh karena itu Jiwatmanku dan Prakertiku tunggal dengan Jiwatman dan Prakerti semua makhluk. Oleh karena itu aku adalah Engkau, aku adalah Brahman “Aham Brahma Asmi”. Demikianlah tercantum di dalam kitab Brhadaranyaka Upanisad. Ajaran susila merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan kita sebagai manusia agar terwujud hubungan yang harmonis antara satu dengan yang lainnya.
Demikian harus kita sadari, betapa pentingnya ajaran tata susila itu kita terapkan. Tata susila pada dasarnya bertujuan untuk membina hubungan yang selaras/rukun antara seseorang (Jiwatman) dengan mahluk lainnya, antara masyarakat dengan masyarakat, antara satu bangsa dengan bangsa lainnya dan antara manusia dengan alam sekitarnya.
Sumber :