September 22, 2024
Desa Pinggan, kecamatan Kintamani, kabupaten Bangli provinsi Bali terletak di dataran tinggi. Jumlah penduduk desaPinggan sebanyak 2349 orang, sebanyak 1040 orang bekerja pada sektor pertanian. Komoditas pertanian utama di desa Pinggan adalah holtikultura yang meliputi cabai, tomat, dan labu siam. Pertanian tomat kelompok mitra sangat berpotensi, dalam sekali siklus panen kelompok tani tersebut mampu memanen buah tomat 2.456 kg dengan harga jual rata-rata Rp 6.000/kg. Biaya produksi usaha tani tomat per musim tanam petani mitra adalah Rp 14.736.000,00 per luas garapan. Pendapatan yang diperoleh petani adalah sebesar Rp 7.167.050,00 per luas garapan, sehingga pendapatan yang diperoleh anggota kelompok petani masih lebih rendah dibandingkan dengan UMR (Rp.2.813.672). Permasalahan utama yang dihadapi petani tomat adalah lemahnya pengaplikasian Ipteks pada sistem pertanian, pengakuan salah satu kelompok tani tomat di desa Pinggan I Nengah Mudastra (41 tahun). Hal ini yang memotivasi, tim PKM Undiksha, yang dikomandani oleh Drs. Iwan Suswandi, dkk untuk memberdayakan masyarakat bertani tomat secara modern berbasis digital, khususnya dalam menerapkan sistem irigasi sprinkle yang dapat dikontrol secara otomatis.
Petani tomat di Desa Pinggan, Kecamatan Kintamani bisa lebih efisien dan efektif mengelola pertaniannya setelah pengairan yang dulunya menggunakan sistem penyiraman manual berganti dengan sistem penyiraman tetes air dan sprinkle otomatis berbasis digital, ungkap Iwan Suswandi. “Pemasangan ini bertujuan untuk membantu masyarakat Desa Pinggan agar mempercepat proses pengairan kebun hortikultura khususnya tomat di Desa Pinggan”, imbuhnya, salah satu dosen Undiksha yang merupakan ketua Program Kemitraan Masyarakat (PKM), DRTM Kemenristek. Iwan Suswandi menjelaskan jika selama ini para petani di Desa Pinggan melakukan penyiraman tanaman hortikultura secara manual dengan tangan. Hal tersebut kurang efisien apalagi sumber air di Danau Batur letaknya tidaklah dekat. Karena itu, dengan adanya instalasi sistem penyiraman tetes air dan sprinkle otomatis berbasis IoT ini, Iwan Suswandi berharap petani tomat di Desa Pinggan dapat menyiram tanamannya secara otomatis.
Di sisi yang lain, petani tomat di Desa Pinggan, I Nengah Mudastra, mengatakan instalasi sistem penyiraman tetes air dan sprinkle otomatis berbasis digital memberikan efisiensi waktu bagi dirinya dalam melakukan penyiraman tanaman. Jika secara manual menyiram menggunakan tangan, ia membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk melakukan penyiraman di lahannya yang seluas 10 are. Sementara dengan pemasangan instalasi sistem penyiraman tetes air dan sprinkle otomatis berbasis IoT, ia mengaku hanya membutuhkan waktu selama 30 menit saja. “Airnya juga lebih hemat, lebih efektif, dan tidak memakan waktu yang lama. Berkat instalasi penyiraman dengan sistem seperti ini membuat saya bisa memanfaatkan waktu untuk mengambil pekerjaan yang lain.” terang I Nengah Mudastra. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan Universitas Pendidikan Ganesha, atas dukungan program dan pendanaan dalam membantu petani tomat bertani secara modern di desa Pinggan melalui program pemberdayaan kepada masyarakat.